Sunday, June 23, 2013

Mengendalikan Keinginan

Seorang anak berusia empat tahun tujuh bulan di Arab Saudi menembak ayahnya hingga tewas, karena tidak dibelikan Play Station. Menurut pihak kepolisian Jizan Selatan dalam harian Saudi Asharq, anak tersebut mengamuk lalu menembak kepala ayahnya.
Kejadiaannya bermula saat ayahnya hendak bekerja, si anak meminta Play Station. Namun ketika sang ayah kembali ke rumah tanpa membawa yang dia minta, si anak marah. Saat ayahnya membuka pakaian dan meletakkan senjatanya, si anak mengambil senjata tersebut dan menembaknya dari jarak dekat.

Kisah di atas memang jarang terjadi, namun memberikan pelajaran bagi kita, bagaimana pentingnya kemampuan mengendalikan keinginan anak. Apabila anak dimanja biasanya ia tidak siap ketika keinginannya ditolak. Anak bisa marah tak terkendali dan melakukan hal yang di luar batas.
Sifat manja pada diri anak tentu saja tidak muncul begitu saja, namun karena pola pengasuhan yang dia terima sejak kecil. Kadang cinta orangtua yang berlebihan menjadi salah kaprah sehingga memanjakan anak dengan berlebihan. Hal itu sesungguhnya dapat merusak karakter anak. Ciri sikap memanjakan di antaranya: anak boleh minta apa saja, boleh berbuat sesuka hati, orangtua tidak mengajarkan aturan dan batasan, serta pelayanan dan perlindungan supaya anak terhindar dari kesulitan dan tantangan.

Abdullah Nashih Ulwan dalam bukunya Pendidikan Anak dalam Islam menegaskan bahwa pemanjaan yang berlebihan akan menumbuhkan sifat penakut dan rendah diri, menghilangkan keberanian, mengarahkan anak pada penyimpangan, dan keinginan untuk mengasingkan diri dari teman-temannya.

Banyak yang beranggapan bahwa kebiasaan memanjakan anak hanyalah di kalangan orang kaya. Padahal, itu tidak tergantung pada kekayaan tetapi pada pemahaman orangtua mengenai cara pengasuhan anak yang baik.

Untuk itu, perlu kekompakan antara ayah dan ibu dalam pengasuhan anak. Jika salah satu di antaranya memanjakan, maka anak akan memiliki standar ganda. Kalau anak sering berkata, “Bu, jangan bilang-bilang Ayah ya!” atau sebaliknya, itu pertanda bahwa orangtua tidak kompak dalam mengasuh anak.

Penyebab orangtua memanjakan anak di antaranya: pertama, tidak mau repot dengan reaksi anak seperti menangis, rewel, atau marah. Kedua, khawatir merusak “kebahagiaan” anak. Ketiga, takut membuat anak benci kepada mereka. Keempat, orangtua yang serba susah di masa kecilnya, dia tidak ingin anaknya mengalami apa yang dia rasakan. Karena faktor-faktor tersebut maka orangtua cenderung memperturutkan keinginan anaknya. Orangtua tidak berani mengatakan “tidak”. Tidak mengajarkan disiplin, tidak memberi tahu saat anak berbuat salah atau tidak patut, dan tidak membiasakan peraturan, serta etika.

Dengan memanjakan, maka anak akan “memperbudak” orangtuanya. Padahal, dalam sebuah Hadits yang diriwayatkan Muslim dikatakan bahwa salah satu tanda Hari Kiamat adalah saat wanita melahirkan tuannya, yaitu saat anak-anak memperbudak orangtuanya.

Ramadhan adalah saat yang tepat untuk mengajarkan anak-anak kita mampu mengendalikan keinginannya. Selama satu bulan penuh orangtua dapat membuat program pendidikan agar anak dapat mengendalikan nafsu, bukan saja makan dan minum, namun juga pada keinginan lainnya.

sumber : * Penulis buku Mendidik Karakter dengan Karakter. SUARA HIDAYATULLAH AGUSTUS 2012

No comments:

Post a Comment