Seorang anak berusia empat tahun tujuh bulan di Arab Saudi menembak
ayahnya hingga tewas, karena tidak dibelikan Play Station. Menurut pihak
kepolisian Jizan Selatan dalam harian Saudi Asharq, anak tersebut
mengamuk lalu menembak kepala ayahnya.
Kejadiaannya bermula saat ayahnya hendak bekerja, si anak meminta
Play Station. Namun ketika sang ayah kembali ke rumah tanpa membawa yang
dia minta, si anak marah. Saat ayahnya membuka pakaian dan meletakkan
senjatanya, si anak mengambil senjata tersebut dan menembaknya dari
jarak dekat.
Kisah di atas memang jarang terjadi, namun memberikan pelajaran bagi
kita, bagaimana pentingnya kemampuan mengendalikan keinginan anak.
Apabila anak dimanja biasanya ia tidak siap ketika keinginannya ditolak.
Anak bisa marah tak terkendali dan melakukan hal yang di luar batas.
Sifat manja pada diri anak tentu saja tidak muncul begitu saja, namun
karena pola pengasuhan yang dia terima sejak kecil. Kadang cinta
orangtua yang berlebihan menjadi salah kaprah sehingga memanjakan anak
dengan berlebihan. Hal itu sesungguhnya dapat merusak karakter anak.
Ciri sikap memanjakan di antaranya: anak boleh minta apa saja, boleh
berbuat sesuka hati, orangtua tidak mengajarkan aturan dan batasan,
serta pelayanan dan perlindungan supaya anak terhindar dari kesulitan
dan tantangan.
Abdullah Nashih Ulwan dalam bukunya Pendidikan Anak dalam Islam
menegaskan bahwa pemanjaan yang berlebihan akan menumbuhkan sifat
penakut dan rendah diri, menghilangkan keberanian, mengarahkan anak pada
penyimpangan, dan keinginan untuk mengasingkan diri dari
teman-temannya.
Banyak yang beranggapan bahwa kebiasaan memanjakan anak hanyalah di
kalangan orang kaya. Padahal, itu tidak tergantung pada kekayaan tetapi
pada pemahaman orangtua mengenai cara pengasuhan anak yang baik.
Untuk itu, perlu kekompakan antara ayah dan ibu dalam pengasuhan
anak. Jika salah satu di antaranya memanjakan, maka anak akan memiliki
standar ganda. Kalau anak sering berkata, “Bu, jangan bilang-bilang Ayah
ya!” atau sebaliknya, itu pertanda bahwa orangtua tidak kompak dalam
mengasuh anak.
Penyebab orangtua memanjakan anak di antaranya: pertama, tidak mau
repot dengan reaksi anak seperti menangis, rewel, atau marah. Kedua,
khawatir merusak “kebahagiaan” anak. Ketiga, takut membuat anak benci
kepada mereka. Keempat, orangtua yang serba susah di masa kecilnya, dia
tidak ingin anaknya mengalami apa yang dia rasakan. Karena faktor-faktor
tersebut maka orangtua cenderung memperturutkan keinginan anaknya.
Orangtua tidak berani mengatakan “tidak”. Tidak mengajarkan disiplin,
tidak memberi tahu saat anak berbuat salah atau tidak patut, dan tidak
membiasakan peraturan, serta etika.
Dengan memanjakan, maka anak akan “memperbudak” orangtuanya. Padahal,
dalam sebuah Hadits yang diriwayatkan Muslim dikatakan bahwa salah satu
tanda Hari Kiamat adalah saat wanita melahirkan tuannya, yaitu saat
anak-anak memperbudak orangtuanya.
Ramadhan adalah saat yang tepat untuk mengajarkan anak-anak kita
mampu mengendalikan keinginannya. Selama satu bulan penuh orangtua dapat
membuat program pendidikan agar anak dapat mengendalikan nafsu, bukan
saja makan dan minum, namun juga pada keinginan lainnya.
sumber : * Penulis buku
Mendidik Karakter dengan Karakter. SUARA HIDAYATULLAH AGUSTUS 2012
No comments:
Post a Comment