Friday, March 1, 2013

Bahaya Tontonan kekerasan pada anak

Ada dua umpan yang dilempar oleh produser agar film produksinya laku ditonton yaitu Seksualitas dan kekerasan, dimana Orang tua cenderung hanya mencekal yang pertama, tapi jarang atau tidak sama sekali untuk yang kedua, Padahal "BAHAYANYA" tak kalah seriusnya.

Jadi agresor dan tak pedulian
TV tidak langsung berdampak pada orang-orang dewasa pelaku pembunuhan, tetapi pengaruhnya sedikit demi sedikit tertanam pada si pelaku sejak mereka masih anak-anak.
Dengan begitu ada tiga tahap kekerasan yang terekam dalam penelitian:
awalnya meningkatnya kekerasan di antara anak-anak,
beberapa tahun kemudian meningkatnya kekerasan di antara remaja,
dan pada tahun-tahun akhir penelitian di mana taraf kejahatan meningkat secara berarti yakni kejahatan pembunuhan oleh orang dewasa.

Peneliti dari Amerika secara terinci menjelaskan, ada empat macam dampak kekerasan dalam televisi terhadap perkembangan kepribadian anak.
Pertama, dampak agresor di mana sifat jahat dari anak semakin meningkat;
kedua, dampak korban di mana anak menjadi penakut dan semakin sulit mempercayai orang lain;
ketiga, dampak pemerhati, di sini anak menjadi makin kurang peduli terhadap kesulitan orang lain;
keempat, dampak nafsu dengan meningkatnya keinginan anak untuk melihat atau melakukan kekerasan dalam mengatasi setiap persoalan.

Orang tua contoh model anak
Dari berbagai kemungkinan masalah yang bisa timbul, tentu peran orang tua tidak bisa diabaikan.
Sikap orang tua terhadap TV akan mempengaruhi perilaku anak.
"Maka sebaiknya orang tua lebih dulu membuat batasan pada dirinya sebelum menentukan batasan bagi anak-anaknya."
Usahakan TV hanya menjadi bagian kecil dari keseimbangan hidup anak.
Yang penting, anak-anak perlu punya cukup waktu untuk bermain bersama teman-teman dan mainannya, untuk membaca cerita dan istirahat, berjalan-jalan dan menikmati makan bersama keluarga.

Sebenarnya, umumnya anak-anak senang belajar dengan melakukan berbagai hal, baik sendiri maupun bersama orang tuanya.
Masalah jenis program yang ditonton sangat penting dipertimbangkan sebab itu menyangkut masalah kekerasan, adegan seks, dan bahasa kotor yang kerap muncul dalam suatu acara.
Kadang ada acara yang bagus karena memberi pesan tertentu, tetapi di dalamnya ada bahasa yang kurang sopan, atau adegan - seperti pacaran, rayuan - yang kurang cocok untuk anak-anak.

Dua jam sudah cukup
Kapan dan berapa lama anak boleh menonton TV, semua itu tergantung pada cara sebuah keluarga menghabiskan waktu mereka bersama.
sebaiknya tidak lebih dari dua jam sehari, itu termasuk main komputer dan video game.
Untuk anak yang belum bersekolah atau sering ditinggal orang tuanya di rumah, porsinya mungkin bisa sedikit lebih banyak.
Memberikan batasan apa, kapan, dan seberapa banyak menonton acara TV juga akan mengajarkan pada anak bahwa mereka harus memilih (acara yang paling digemari), menghargai waktu dan pilihan, serta menjaga keseimbangan kebutuhan mereka.

Agar sasaran tercapai, disiplin dan pengawasan orang tua mutlak diperlukan.
Kekerasan memang sulit dipisahkan dari industri hiburan, Sama sulitnya jika harus mencari siapa yang harus disalahkan terhadap masuknya tayangan kekerasan dalam industri hiburan.
Kita akan terjebak dalam lingkaran setan antara produser, pengelola TV, sutradara, pengiklan, maupun penonton sendiri.
Tindakan yang bisa kita lakukan adalah meminimalkan pengaruh tersebut, khususnya terhadap anak-anak.
Kuncinya, mulai dari lingkungan keluarga

*introspeksi buat diri sendiri
Semoga bermanfaat juga buat yg lain :)

Salam
Bunda Zilah

No comments:

Post a Comment