Saturday, April 13, 2013

Manfaat dibalik corat coret si kecil

Apakah si kecil sedang hobi corat-coret?
Sepertinya spidol,pulpen, pensil atau crayon tak pernah lepas dari tangan mungilnya.
Surat kabar baru yang tergeletak di meja, jadi “korban” corat-coretnya.
Dinding putih rumah juga jadi sasaran aksi corat-coret si batita itu.
Kain sprei pun tak lepas dari coretannya.
Sebal, kesal, mau marah? Sabar dulu.
Corat-coret ternyata merupakan salah satu perkembangan yang memang harus dilalui anak-anak balita (ini berarti termasuk sang buah hati lho).
Ketika memasuki usia 1 tahun, anak tengah mengembangkan keterampilan menjimpit (memegang dengan ibu jari dan telunjuk).
Karena itulah ia senang memegang benda-benda kecil, termasuk alat tulis (krayon, spidol, pensil dan lain-lain).
Nah, berbekal keterampilan menjimpit sekaligus keinginannya untuk mengeksplorasi lingkungan, jadilah si batita kerap mencorat-coret dimana saja. Tidak hanya di kertas tapi juga di dinding, meja, baju atau benda apapun yang dirasa menarik untuk dicorat-coret.
Jadi apa yang harus kita lakukan?
*Siapkan Ruang Corat-Coret*
Ada beberapa trik untuk menghadapi aksi corat-coret ini sehingga kreativitas anak tak terhambat, ibu bapak pun tetap senang :
*1.  Tahan emosi.*
Seberapa pun buruk keliatannya coretan itu, mohon untuk tetap menahan emosi. Bahkan saat si kecil kedapatan mencorat-coret ruang tamu yang baru saja dicat untuk menyambut hari lebaran ini.
Marah hanya akan menyakiti perasaan anak dan dapat membatasi kreatifitasnya. Langkah paling bijaksana adalah memberinya pengertian bahwa corat-coret bisa dilakukan, tapi bukan di dinding, lemari, atau seprei melainkan di kertas/buku gambar. Berikan ia fasilitas tersebut.
*2.  Ruang/bidang khusus untuk menyalurkan aktifitas corat-coret.*
Sungguh bijak bila anda bersedia “mengorbankan” satu bidang dinding untuk anak menjalankan aksi corat-coretnya. Misal, dinding di ruang bermainnya/ kamarnya atau tempat lain yang tersembunyi. Atau bila anda malas karena harus mencat ulang, coba lapisi dinding tersebut dengan kertas putih. Lalu tekankan pada si kecil bahwa ia boleh menggambar apa saja di dinding itu, tapi tidak di dinding yang lain. Berikan penghargaan ketika anak mematuhi kesepakatan dengan acungan jempol atau ciuman hangat.
*3.  Libatkan anak membersihkan dinding*
Ketika anak terlanjur mencorat-coret dinding (yang tidak sesuai dengan kesepakatan), libatkan ia saat membersihkannya. Berikan si kecil lap basah sendiri dan tunjukkan bagaimana cara menghapus coretan itu. Terkait dengan ini jangan gunakan bahan kimia karena dapat membahayakan anak. Berikan pengertian pada sang buah hati ketika tembok dicorat-coret, untuk membersihkannya membutuhkan waktu, biaya dan tenaga.
*4.  Berikan penghargaan pada hasil coretannya. *
Seberapa pun awut–awutan hasil coretannya, anak tetap perlu penghargaan. Kumpulkan tempel hasil kreasinya itu di dinding ruang tamu dan minta ia menceritakan tentang coretannya itu. “Ceritakan pada bunda, gambar yang barusan Adik buat.”
Komentar positif akan membuat anak merasa bangga sehingga kelak dapat menumbuhkan rasa percaya dirinya.
*5.  Siapkan waktu khusus untuk menggambar.*
Menyediakan waktu khusus untuk menggambar, misalnya 1-2 jam setiap minggu dapat membuat anak mempunyai kesempatan menyalurkan bakat artistiknya.
*6.  Pahami perkembangan keterampilan corat-coret anak.*
Anak usia 1-2 tahun umumnya baru mampu mencoret garis dengan bentuk yang tak beraturan. Namun ia sudah bisa menceritakan apa yang digambarnya. Bisa jadi bentuk yang tidak beraturan itu disebut sebagai kucing dirumahnya.
Memasuki usia 2-3 tahun anak sudah mampu membentuk lingkaran dan membuat pola yang berulang. Anak pun menjadi semakin kreatif dan memiliki imajinasi yang lebih baik.
Dengan memahami perkembangan si batita setidaknya kita dapat lebih menghargai “benang kusutnya” sebagai sebuah karya bukan hanya sekedar coretan belaka.
*Motorik Halus Sampai Kreatifitas  *
Nah, sekarang sudah siap untuk lebih membebaskan si kecil corat-coret bukan?
Banyak manfaat yang dapat dipetik sang buah hati dari aktifitas ini lho, seperti:
*1.  Perkembangan motorik.*
Khususnya adalah motorik halus. Keterampilan corat-coret ini kelak menjadi dasar bagi anak untuk mengembangkan keterampilan menulis, menyisir rambut, memegang sikat gigi, menggunakan sendok dan lain-lain.
*2. Perkembangan kognitif dan bahasa.*
Umumnya anak berusia 2 tahun  dengan keterampilan berbahasa yang dimiliki, sudah mampu menceritakan corat-coret kreasinya. Dengan demikian anak sekaligus mengembangkan keterampilan kognitif dan bahasanya. Jangan kaget, umumnya anak akan menceritakan imajinasinya dengan gamblang. Bisa jadi bentuk segitiga yang dibuatnya, menurutnya adalah Winnie the pooh, tokoh kartun kesayangannya.
Biarkan anak menceritakan apa yang ada digambarnya. Ini sekaligus upaya mengembangkan keterampilan bahasanya.
Jangan sekalipun mematahkan pendapatnya karena dapat menghambat kreatifitas anak. Tak hanya itu, ketika sedang mencoretkan krayon atau spidolnya, anak juga dapat ditanyakan perihal warna krayon atau spidol yang digunakan. Dengan demikian anak sudah mengembangkan pengetahuannya tentang warna.
*3.  Perkembangan sosial emosional.*
Mencorat-coret juga dapat dijadikan media untuk mengembangkan emosi anak. Bisa jadi ketika anak diminta menceritakan hasil coretan, ia akan menceritakan bahwa itu gambar ibunya yang sedang marah karena dirinya tidak meletakkan baju kotor pada tempatnya. Pada situasi ini, aktifitas corat-coret dapat menjadi media penyaluran emosinya atas kekecewaan dirinya setelah dimarahi ibu.
Tak hanya keterampilan kognitif, bahas dan sosial emosional, aktifitas corat-coret juga mengembangkan kemandirian dan percaya diri anak. Ketika anak sedang mencorat-coret dengan krayon atau pensil warna dirinya harus mampu mengambil keputusan warna yang akan dipilih. Ini merupakan stimulasi bagi anak untuk mengembangkan kemandirian dan rasa percaya dirinya kelak.
Nah, siap mengembangkan kreatifitas corat-coret sang buah hati? (Nakita)
Salam,
Zilah Kris

No comments:

Post a Comment