Thursday, February 19, 2015

Kenali Anak Disleksia Sejak Dini

Deteksi anak alami disleksia sejak dini, agar anak tidak menjadi frustasi kala menerima bahan pelajaran di sekolahnya.

Sayangnya, kelebihan dari anak disleksia seringkali terpendam. Justru nyata terlihat adalah kesulitannya. Hal ini akibat ketidakmengertian orang tua dan guru terhadap gangguan yang dialami anak tersebut. Anak menjadi frustrasi dan lelah terhadap dirinya sendiri, sehingga prestasi menurun, malas sekolah dan puncaknya mogok sekolah, yang sering terjadi pada saat anak naik kelas 3 atau 4 SD.

Mengapa begitu? Karena pada kelas 3 dan 4 itu pelajaran makin sulit dan kompleks, serta 50 persen tanggung jawab belajar kepada anak sendiri.  Pada waktu TK dan di awal sekolah dasar, ia bisa survive berkat kecerdasan di atas rata-rata anak serta mengandalkan memori. Ia sebetulnya tak benar-benar mengerti bacaan atau pelajaran yang tertulis. Tapi, dia belajar dari apa yang ia dengar saat temannya membaca atau sewaktu gurunya menerangkan pelajaran. Keunikan lain, mereka juga mengenal pola. Sehingga mereka bisa main tebak-tebakan, jika cerita A maka jawabannya akan B.

Masalahnya, ketika bahan pelajaran makin banyak dan sulit, otaknya akan overloaded, tak bisa menampung lagi. Sementara, di sisi lain guru dan orang tuanya --yang tak tahu kesulitannya — terus mendorongnya belajar giat akibat prestasi menurun itu. Ia pun frustrasi dan mogok sekolah. Bagaimana tidak menjadi frustrasi? Karena anak ini merasa sudah berusaha keras, tapi gagal terus dalam nilainya. Sebagai anak yang dengan IQ normal, mereka juga mengerti bahwa nilai jelek itu identik dengan bodoh.

Karena itu,  anak dengan disleksia dan gangguan belajar  harus ditangani sejak dini. Beberapa tanda sejak usia batita sudah dapat mendeteksi. Meski untuk penegakan ia benar-benar menderita gangguan belajar itu paling cepat setelah TK B. “Di bawah usia itu psikolog dan ahli lainnya belum dapat jatuhkan ‘vonis’, sebab ada kemungkinan ia mengalami keterlambatan perkembangan atau development disorder. Walau demikian, untuk penanganannya jangan ditunda. Begitu orang tua melihat ada perkembangan yang berbeda dari anaknya dibandingkan anak lainnya, harusnya sudah mengusahakan perbaikan untuk kondisi itu. Meski anak nantinya bukan disleksia, toh kondisi itu harus diperbaiki juga,” saran Annelia Sari Sani, psikolog anak dari Rumah Sakit Anak dan Bunda Harapan Kita.

Salam
Bunda Zilah

No comments:

Post a Comment